Sabah dan Sarawak adalah BERSTATUS NEGARA dan bukannya Negeri.

Sabah dan Sarawak adalah sebuah Negara yang MERDEKA DAN BERDAULAT yang mana kedua - dua NEGARA ini telah bersama-sama dengan Singapura dan Malaya untuk membentuk Persekutuan Malaysia pada 16 September 1963.

Happy Sabah (North Borneo) Independence Day 51 Years

Sabah or previously known as North Borneo was gained Independence Day from British on August 31, 1963. To all Sabahan, do celebrate Sabah Merdeka Day with all of your heart!

Sarawak For Sarawakian!

Sarawak stand for Sarawak! Sarawakian First. Second malaysian!

The Unity of Sabah and Sarawak

Sabah dan Sarawak adalah Negara yang Merdeka dan Berdaulat. Negara Sabah telah mencapai kemerdekaan pada 31 Ogos 1963 manakala Negara Sarawak pada 22 Julai 1963. Sabah dan Sarawak BUKAN negeri dalam Malaysia! Dan Malaysia bukan Malaya tapi adalah Persekutuan oleh tiga buah negara setelah Singapura dikeluarkan daripada persekutuan Malaysia.

Sign Petition to collect 300,000 signatures

To all Sabahan and Sarawakian... We urge you to sign the petition so that we can bring this petition to United Nations to claim our rights back as an Independence and Sovereign Country for we are the Nations that live with DIGNITY!

Decedent of Rajah Charles Brooke

Jason Desmond Anthony Brooke. The Grandson of Rajah Muda Anthony Brooke, and Great Great Grandson of Rajah Charles Brooke

01 November 2010

EKSPOSISI 1 KORINTUS 9:13-14

oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Nats: 1 Korintus 9:13-14

Bagian ini merupakan kelanjutan dari argumen Paulus tentang hak para rasul. Mereka berhak menerima tunjangan hidup dan pelayanan (9:4-6), karena realitas kehidupan sehari-hari mengajarkan bahwa setiap pekerja mendapatkan sesuatu dari yang ia kerjakan (9:7). Lebih jauh, Hukum Taurat juga menegaskan bahwa lembu yang mengirik pun berhak untuk makan dari hasil panen yang ia kirik, sehingga ia tidak boleh diberangus mulutnya pada waktu mengirik (9:8-10). Sekarang Paulus menambahkan dua argumen lagi: (1) praktek keagamaan secara umum menunjukkan bahwa setiap imam atau rohaniwan berhak menerima upah dari pelayanan yang ia lakukan (9:13); (2) Tuhan Yesus pun mengajarkan bahwa para pemberita Injil harus hidup dari Injil yang mereka beritakan (9:14).


Sebelum kita membahas setiap argumen secara detil, kita perlu memikirkan posisi 9:11-12 dalam keseluruhan argumen ini. Mengapa Paulus tidak langsung melanjutkan argumen dari 9:7-10 ke 9:13-14? Mengapa ia perlu menegaskan lebih dahulu bahwa ia tdak mau mempergunakan apa yang menjadi haknya (9:11-12)? Bukankah penegasan ini nanti juga akan dibahas ulang secara lebih detil di 9:15-18? Apakah 9:11-12 merupakan sebuah sisipan, transisi, atau memang sejak awal dimaksudkan seperti sekarang?


Sebagian penafsir menduga bahwa Paulus awalnya memang ingin menutup argumennya di 9:10, karena itu ia langsung menegaskan sikapnya yang tidak mau mempergunakan hak (9:11-12). Setelah mengutarakan hal tersebut, Paulus baru ingat bahwa masih ada dua argumen lain yang perlu ia sampaikan (9:13-14). Dengan demikian para penafsir ini menganggap 9:13-14 sebagai tambahan spontan dari Paulus. Walaupun dugaan ini sangat menarik, tetapi hal ini tampak bertentangan dengan petunjuk yang ada di dalam teks.


Pertama, 9:7-18 menunjukkan struktur yang seimbang:
Dua alasan bagi hak para rasul (9:6-1)
Paulus tidak mau mempergunakan hak itu (9:11-12)
Dua alasan bagi hak para rasul (9:13-14)
Paulus tidak mau mempergunakan hak itu (9:15-18)


Kedua, Paulus sengaja memisahkan kelompok argumen ke-1 (9:7-10) dengan ke-2 (9:13-14) untuk tujuan tertentu. Ia ingin menampilkan perbedaan dari dua kelompok argumen ini. Kelompok ke-1 lebih berkaitan dengan pekerjaan yang “sekuler”, misalnya peperangan, pertanian, penggembalaan, atau pengirikan, sedangkan kelompok ke-2 secara lebih khusus menyoroti pekerjaan yang langsung berkaitan dengan hal-hal rohani (pelayan di kuil/bait Allah maupun pemberita Injil). Berdasarkan pengaturan seperti ini dan peletakkan ajaran Tuhan Yesus di argumen terakhir, tersirat bahwa Paulus sedang mengajak jemaat Korintus untuk memikirkan argumen-argumen lain yang lebih relevan daripada argumen sebelumnya.


Dengan berpindah ke kelompok argumen berikutnya, Paulus sekarang bisa mengaitkan hal ini dengan isu utama di pasal 8-10 secara lebih dekat. Inti masalah yang sedang dibahas adalah tentang makanan berhala (8:1, 4), terutama tindakan makan di kuil (8:10; 10:14-22). Sebagian jemaat merasa punya hak untuk melakukan itu dan mereka tidak mau melepaskan kebiasaan ini demi kepentingan saudara seiman. Dalam kaitan dengan hal ini, sangat wajar apabila Paulus menyinggung tentang hak para pelayan di kuil/bait Allah (9:13). Penggunaan ajaran Tuhan Yesus sebagai argumen yang klimaks (9:14) dan ketidakmauan Paulus untuk menggunakan hak tersebut (9:15-18) mengajarkan jemaat Korintus bahwa memiliki hak bukanlah segala-galanya, apalagi dari sisi logis maupun theologis jemaat Korintus sebenarnya tidak memiliki hak untuk makan di kuil. Mereka bukan pelayan rohani di kuil yang memang harus makan dari sana, melainkan mereka hanya datang dalam kapasitas sebagai pengunjung.




Praktek Keagamaan Secara Umum (ay. 13)
Ayat ini dimulai dengan sebuah pertanyaan retoris (ouk oidate) yang mengharapkan jawaban “ya”. Dari bentuk kalimat tanya yang dipakai terlihat bahwa apa yang disampaikan di ayat ini bukanlah sesuatu yang baru. Seandainya jemaat Korintus lebih peka dan mau berpikir, maka mereka pasti sudah mengetahui argumen ini, apalagi di Kota Korintus memang terdapat banyak kuil penyembahan. Dalam hal ini Paulus hanya sekadar mengingatkan mereka terhadap hal-hal kecil atau sehari-hari yang seringkali lepas dari pengamatan serius.


Siapakah yang dimaksud dengan “mereka yang melayani tempat kudus” atau “melayani mezbah” di sini? Apakah mereka adalah orang-orang Lewi dan para imam di bait Allah? Beberapa penafsir menjawab “ya” untuk pertanyaan ini, namun jawaban yang mereka berikan bertentangan dengan petunjuk yang ada di dalam teks. Paulus tidak sedang membatasi diri pada ibadah di bait Allah. Ia memikirkan ibadah secara umum, baik ibadah Yahudi (di bait Allah) maupun kafir (di kuil-kuil).
• Kata “tempat kudus” di ayat ini dalam bahasa Yunani berbentuk jamak (ta hiera). Secara harfiah kata ini lebih tepat diterjemahkan “tempat-tempat ibadah” (baik bait Allah maupun kuil kafir). Sebagian versi mempertahankan bentuk jamak, tetapi menganggap ta hiera merujuk bentuk pelayanan, bukan tepat ibadah (KJV “holy things”, NASB “sacred services”, RSV/NRSV “temple service”). Versi lain dengan tepat menerjemahkan “temple” (NIV/NET), tetapi mereka gagal mempertahankan bentuk jamak yang dipakai. Mempertimbangkan bentuk jamak ta hiera, kita sebaiknya tidak memahami ayat 13 hanya sebatas ibadah Yahudi di bait Allah, karena bait Allah hanya satu sedangkan ta hiera yang dipakai di sini jamak.
• Kata “melayani” (ay. 13b) dalam bahasa Yunani adalah paredreuo. Kata ini hanya muncul sekali di seluruh Akitab (hapax legomena). Pemakaian di luar Alkitab menunjukkan bahwa kata paredreuo seringkali digunakan untuk aktivitas para imam kafir dalam mempersembahkan korban kepada dewa-dewa mereka.
• Kata dasar to hieron (bentuk tunggal dari ta hiera) dalam Alkitab memang bisa merujuk pada bait Allah (Kis. 3:2, 10) maupun kuil kafir (Kis. 19:27).
• Kata “mezbah” (ay. 13b) memakai kata Yunani thysiasterion yang hanya dipakai untuk altar persembahan di bait Allah.


Dari semua petunjuk di atas terlihat bahwa Paulus memikirkan bait Allah di Yerusalem maupun tempat-tempat ibadah yang lain. Ia ingin menunjukkan bahwa semua aliran keagamaan mengadopsi pandangan yang sama, yaitu para pekerja rohani berhak mendapatkan tunjangan materi dari apa yang mereka lakukan.


Sebagain penafsir mencoba membedakan “mereka yang melayani tempat-tempat kudus” dengan “mereka yang melayani mezbah”, terutama para penafsir yang meyakini bahwa ayat 13 berbicara secara khusus tentan ibadah di bait Allah. Mereka menganggap bahwa frase “yang melayani tempat kudus” merujuk ada orang-orang Lewi, sedangkan frase “yang melayani mezbah” pada para imam. Walaupun Alkitab memang membedakan pekerjaan orang-orang Lewi dan para imam serta mengatur upah yang mereka dapatkan dari pekerjaan tersebut (Bil. 18:8-4; Ul. 18:1-8), namun kita sebaiknya tidak membedakan ayat 13a dengan 13b. Ayat 13b hanya bersifat menegaskan saja.


Ada dua argumen yang mengarah pada kesimpulan ini. Dalam kalimat Yunani, antara ayat 13a dan 13b tidak dihubungkan dengan kata sambung kai (“dan”, kontra semua versi). Penggunaan kata kai akan lebih jelas menunjukkan bahwa Paulus sedang membicarakan dua kelompok pelayan, namun ia ternyata tidak memakai kata sambung ini. Alasan lain berhubungan dengan kesejajaran (paralelisme) antara ayat 13a dan 13b. Baik ayat 13a maupun 13b memakai struktur kalimat “artikel + kata benda + participle present + kata benda + indikatif present”. Paralelisme ini menyiratkan bahwa Paulus tidak sedang membedakan para pelayan di ayat 13a dan 13b.




Ajaran Tuhan Yesus (ay. 14)
Penempatan argumen ini di bagian terakhir menyiratkan keyakinan Paulus bahwa ajaran Tuhan Yesus merupakan otoritas tertinggi dalam semua argumen. Apa yang dikatakan Tuhan Yesus sudah merupakan argumen yang konklusif. Di samping itu, hal ini juga dimaksudkan sebagai klimaks yang spesifik, karena ajaran Tuhan Yesus yang dikutip memang sangat dan langsung berkaitan dengan hak para rasul sebagai pemberita. Pemakaian kata “demikian pula” (houtos kai) di awal ayat ini mengajarkan sebuah kebenaran yang penting tentang kebenaran. Allah telah menempatkan kebenaran-Nya dalam realitas kehidupan sehari-hari (9:7), Hukum Taurat (9:8-10) maupun praktek keagamaan secara umum (9:13). Walaupun dunia sudah dipengaruhi oleh dosa dan seluruh dimensi kehidupan manusia sendiri juga tercemar, tetapi Allah tetap memberi anugerah dengan cara menyisakan kebenaran di dunia ini. Semua kebenaran ini perlu ditinjau dari perspektif ajaran Kristus, karena pewahyuan sempurna hanya ada di dalam Dia (Yoh. 1:18; Ibr. 1:1-3). Berdasarkan penjelasan ini kita perlu mengingat bahwa semua kebenaran adalah kebenaran Allah dan Ia memakai semua kebenaran itu sebagai salah satu cara untuk mengontrol dunia ini, karena itu kita perlu respek terhadap penganut agama lain yang dalam hal-hal tertentu memang mengetahui beberapa kebenaran berdasarkan wahyu/anugerah umum. Kita memang harus tegas menyatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus Yesus (Yoh. 14:6), tetapi hal ini bukan berarti bahwa kita meremehkan atau mengabaikan kebenaran umum di dalam agama-agama. Sebaliknya, kita patut mensyukuri hal itu, karena Allah memang telah meletakkan banyak kebenaran di alam, realitass kehidupan seharihari, pikiran manusia, dsb., walaupun kebenaran tertinggi hanya ada satu, yaitu di dalam firman Tuhan.


Kutipan dari ajaran Tuhan Yesus ini semakin membuktikan bahwa Paulus mengenal tradisi lisan dari Yesus dengan baik, sekalipun ia bukan saksi mata kehidupan Yesus. Ia beberapa kali mengutip perkataan Yesus (1Kor. 7:10; 11:23-25; 1Tim. 5:18), bahkan perkataan yang nantinya tidak dicatat dalam kitab-kitab Injil (Kis. 20:35). Ia mungkin mendapatkan ajaran Yesus dari para rasul maupun secara langsung.


Di 1 Korintus 9:14 ini Paulus mengutip perkataan Tuhan Yesus sebelum Ia mengutus murid-murid untuk memberitakan Injil ke seluruh daerah Israel (Mrk. 6:7-11; Mat. 10:1-15; Luk. 9:1-15; 10:1-12). Tuhan Yesus melarang mereka untuk menguatirkan kehidupan mereka dengan cara membawa banyak persediaan atau perlengkapan hidup. Larangan ini bukan dimaksudkan untuk menyengsarakan mereka, tetapi justru untuk mengajar mereka bersandar kepada Allah. Allah pasti akan memelihara kehidupan mereka dengan cara menyediakan orang-orang yang mau menerima Injil yang mereka sampaikan sekaligus memberikan tempat tinggal serta makanan bagi mereka.


Seandainya para pemberita Injil harus hidup dari Injil – seperti yang diajarkan Tuhan Yesus – maka keputusan Paulus untuk menolak tunjangan materi dari jemaat Korintus merupakan sikap yang menarik untuk ditelaah. Apakah dalam hal ini Paulus telah melanggar perintah Tuhan Yesus? Apakah ada pertimbangan lain yang lebih tinggi daripada perintah Tuhan Yesus? Hampir semua penafsir percaya bahwa Paulus tidak menentang ajaran Tuhan Yesus, tetapi tidak semua mereka memberikan penjelasan yang tepat. Beberapa mencoba menerjemahkan diatasso di ayat ini dengan kata “menetapkan” (LAI:TB/KJV) untuk memperlunak bobot dari perkataan Tuhan Yesus. Perkataan Tuhan Yesus bukan sebuah perintah, tetapi hanya sekadar ketetapan. Upaya ini tidak dapat dipertahankan. Kata diatasso dalam Alkitab selalu berarti “memerintahkan”. Kalaupun kata ini mau diterjemahkan “menetapkan”, sulit dimengerti mengapa “ketetapan” dianggap kurang berbobot daripada “perintah”. Tidak ada perbedaan esensial dari dua kata ini.


Beberapa yang lain mencoba menerjemahkan diatasso dengan makna yang umum (“memerintahkan”), tetapi mereka mengangap perintah ini ditujukan pada penerima Injil, bukan pemberitanya. Beberapa versi menyiratkan bahwa tidak ada objek khusus dari perintah ini. Tuhan Yesus hanya memerintahkan sesuatu (konsepnya). Mereka memilih terjemahan “demikian pula Tuhan Yesus memerintahkan/menetapkan bahwa mereka yang memberitakan Injil harus hidup dari Injil” (NIV/RSV/NRSV).


Alasan yang paling tepat harus dilihat dari konteks perkataan Tuhan Yesus. Jika kita memperhatikan konteks ucapan Tuhan Yesus (Mrk. 6:7-11; Mat. 10:1-15; Luk. 9:1-15; 10:1-12), maka kita akan melihat bahwa memang ada ruang atau kemungkinan bahwa pemberita Injil tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Ada kemungkinan mereka ditolak oleh para pendengar Injil. Ketika murid-murid mengalami ini, Tuhan Yesus tidak memerintahkan mereka untuk memaksa para pendengar mereka. Hal ini menyiratkan bahwa menerima tunjangan materi dari para pendengar Injil lebih merupakan suatu hak daripada kewajiban. Konsep inilah yang dipahami Paulus dan ditekankan dalam 1 Korintus 9. Sebagai sebuah hak, maka ada ruang untuk tidak menggunakan hak tersebut tanpa melanggar Sang Pemberi hak. Sebagai contoh, kita wajib menolong orang lain yang sedang menderita kesusahan, tetapi orang itu tetap memiliki hak untuk tidak bersedia menerima pertolongan dari kita dengan alasan tertentu. Orang tersebut belum tentu secara sengaja menentang hukum kasih yang menjadi dasar mengapa kita wajib menolong dia. Dia mungkin hanya sekadar sungkan atau sudah ada orang lain yang memberi pertolongan kepadanya. Paulus juga demikian. Ia tidak mau menerima tunjangan dari jemaat Korintus dengan pertimbangan khusus (tidak mau disamakan dengan para filsuf keliling, lihat eksposisi 9:11-12), namun ia tetap mau menerima tunjangan dari jemaat di Makedonia (2Kor. 11:8-9).


Sikap Paulus yang tidak mau menggunakan hak sebagai peberita Injil merupakan teladan sekaligus teguran bagi jemaat Korintus. Mereka sebenarnya tidak berhak makan di kuil, baik secara logis (mereka bukan pelayan kuil) maupun theologis (tindakan itu termasuk penyembahan berhala). Mereka hanya berhak atas makanan itu jika mereka datang dan turut dalam ibadah di sana. Jika mereka tidak mau melepaskan “hak” ini demi orang lain, maka mereka patut merasa malu dan mulai meneladani Paulus. Ia memiliki hak penuh (dalam arti yang sesungguhnya) atas tunjangan materi bagi kehidupan dan pelayanannya, tetapi ia justru rela melepaskan hak itu demi orang-orang lain. Mengapa jemaat Korintus begitu sulit melepaskan “hak” yang sebenarnya tidak berarti itu? Biarlah pertanyaan ini juga menjadi perenungan kita selama seminggu ini. Apakah ada hal-hal tertentu yang selama ini kita pertahankan dan itu justru menyakiti atau menjadi batu sandungan bagi orang lain? #








Sumber:
Mimbar GKRI Exodus, 14 Maret 2010
http://www.gkri-exodus.org/image-upload/SER-1Korintus%2009%20ayat%2013-14.pdf


“Mengenal kehendak Allah bukanlah proses menerima informasi langsung dari Allah tentang persoalan hidup, tetapi proses mengenali persoalan hidup berdasarkan wahyu yang telah diberikan Allah kepada kita.”
(Rev. Prof. Gary T. Meadors, Th.D., Decision Making God’s Way, hlm. 185)

“The Nefarious Shadow Government”

 Source: http://kelseypeach.wordpress.com/category/new-world-order/

“Shadow Governments.” Most people have never heard of them. They are called the “invisible government” that has the real power over people’s lives. They control the “visible heads” of the governments of this world. Perhaps they don’t like the light because their deeds are evil (John 3:19, 20). But they themselves are also controlled, knowingly or unknowingly, by even more sinister creatures who are really invisible to us humans.

  The Hated Jews. Since their selection by God as His chosen people, the Jews have had to endure persecution at the hands of other nations. Their closest relatives, the Arabs, who descended from Ishmael through Abraham and Hagar, rather than Sarah, have been some of their worst enemies. The descendants of Jacob’s older twin brother, Esau, have also persecuted the Jews because Jacob stole his birthright.

  Chosen. Let’s back up a little in history. After scattering the people who were building the “Tower of Babel” (Genesis 11), God focused His attention on a man named Abram. He told him that if he would leave Ur (Kuwait) and go to a land selected by God for him that He would be make him a great nation and make his name great (Genesis 12:2). God also promised to give him and his descendants the land that extended from the river in Egypt to the Euphrates river (Genesis 15:18). Be patient Jewish people. God hasn’t negated His promise to the believing Jews (Matthew 5:5).

  Another Tower. After World War II the nations of the world got together to form the United Nations. Their hope was to eliminate another world war that could wipe off mankind from the face of the earth. Perhaps with good intentions they even adopted a phrase from the Bible which said, “They shall beat their swords into plowshares, and their spears into pruning hooks” (Isaiah 2:4). This is amazing. The U.N. seems to do everything contrary to God’s Word, the Bible and is hostile to the Jews from whom the Bible came.

  The Twin Towers. Since the fall of the Twin Towers in New York City there has been an accelerated attempt to establish a “New World Order” that we hear so much about today. It will be another attempt to join the peoples of the earth together under a one world government, with one religion, and one economy.

  It’s Needed. We concur with the idea of man’s need to live in a “New World Order.” However, we do not agree when it comes to who will be the head of this “New World Order.” The rebels against God certainly don’t want Jesus Christ to rule over them. They shake their fists at Him and defy Him as they did when He was crucified (Luke 19:14; John 19:15). World rulers, you better submit to Him before it’s too late (Psalm 2).

  Lawlessness. Man, by nature and by choice, is a rebel against God and defies any restrictions that God tries to impose on him (Romans 3:10-23). Such lawless people will eventually be governed by the “Man of Lawlessness” or the “Antichrist.” He will deceive many people by duplicating the miracles of Jesus (2 Thessalonians 2:7-10).

  Lucifer. Unless Isaiah 14 and Ezekiel 28 are referring to Satan (Lucifer)  there is no other way to prove that he is a real person, or that sin didn’t originate with God. Since his rebellion against God he has been known as the prince of this [diabolical] world system and the god of this age (John 16:11; Ephesians 2:2; 2 Corinthians 4:4).  To be a person you need to have a mind, will, and emotions.  Spirit beings have these qualities.

  Deceiver. It is Satan and his fallen angels (demons) who deceive the nations and lull most of them into a spiritual sleep (1 John 5:19). Multitudes of men and women are unaware of the impending danger on the other side of death (Luke 16:19-31). What do you know about life after death?

  Israel’s Future. Today there is a “new” movement known as “Replacement Theology.” It also has other names. It’s not new at all. It’s proponents teach that the Jews are “the Christ killers” and that there is no future for the Jews as a nation and that they have no claim on the land of Israel. The church, they say, can now claim all the promises that were given to Israel. But these same people don’t want the curses for their disobedience (Deuteronomy 28).

  Holocaust. This is the same mentality that led up to the Holocaust in World War II under Adolph Hitler. He apparently justified his attempt to annihilate the Jews by citing Martin Luther’s words in “Mein Kampf.” He referred to Luther as one of the great heroes of the German people and who had contempt for the Jews.

  Summary. In his book entitled “The Road To Holcaust” Hal Lindsey summarizes the progression of thought this way. “Since the fourth century after Christ, there have been three anti-Jewish policies: conversion, expulsion, and annihilation. The second [expulsion] appeared as an alternative to the first, and the third [annihilation] as an alternative to the second.”

  Three Goals. First, “You have no right to live among us as Jews.” Then, “You have no right to live among us.” Finally, “You have no right to live.”

  A Rerun. Some “churches” are becoming more and more anti-Semitic today and are bent on opposing anything that Israel does. Not all Jews agree among themselves as to how they should deal with their neighbors who want to annihilate them. They have sin natures like we do and are sinners like us Gentiles. How would you act if someone were trying to kill you?

  Beware! God’s promise to Abraham and his descendants still stands today. “I will bless those who bless you, and I will curse those who curse you” (Genesis 12:3).

  The Messiah. It’s true. Most Jews today don’t believe that Jesus was/is their Messiah. He didn’t meet their expectations. They turned Him over to the Romans to be crucified. But God holds all men accountable for the death of Christ, including you and me (Acts 4:26-28). It was your sins and mine that put Him on that cross. Some Muslims, we’re told, also believe that their Mahdi is coming to help establish a reign of peace on earth under Allah. Not all “Christians” believe that Jesus Christ will return literally to this earth to rule for 1,000 years as the King of kings, and Lord of lords (Revelation 19:16). They allegorize the words in Revelation 20:1-7 that mention the one thousand years.

  One Savior. There is only one Man who died for our sins and rose again bodily from the dead (1 Corinthians 15:3-8). That Man is the Lord Jesus Christ who is the God-man (John 1:1-18). He promised to return someday (John 14:1-3). Since one day with God is like a thousand years to us, it’s only been a couple days that Christ has been gone. He is long suffering and not willing that men and women perish and go to hell (2 Peter 3:9).

  God’s Offer. God’s offer of salvation will not be extended forever. Now is the day of salvation (2 Corinthians 6:2). If you’ve never done so before, trust Christ alone to save you. He claimed to be the only way to God (John 14:6). The Apostle Peter said the same thing about Jesus (Acts 4:12).

  Not Of Works.  You can’t be saved by your good works or by your faith plus your good works. “For by grace (unmerited favor) are we saved through faith (believing), and that not of ourselves, it (salvation) is a gift from God, not of works lest anyone should boast” (Ephesians 2:8, 9).

  Help. If you have questions or need additional help, we invite you to contact us at 805-238-3549 or visit our web site at www.kelseypeach.com. We add web logs (blogs) to our site weekly to help you know Jesus and/or grow in Christ so you can serve Him effectively.

“What’s A Pastor To Do?”

 Source: http://kelseypeach.wordpress.com/2010/11/01/whats-a-pastor-to-do/#comment-129

What’s a Pastor to do? Have you ever wondered what your Pastor does? My wife’s grandfather used to say, “They play golf most of the week and get up and talk on Sunday for about 20 minutes.” Recently I was asked if the denomination supplies outlines and sermons for us to preach. I said, “Some churches may do that but we don’t.” Today larger churches may have multiple services each week but the messages may all be the same even though the style of music in each service may be different. We have four services each week but each message is different.

  Biblical Qualifications. Not everyone is qualified to serve as a bishop (overseer) of a local church. Three terms are used when referring to the same individual. “Pastor-teacher” relates to the spiritual gift that God has given to some men at the moment of salvation (Ephesians 4:11). “Elder” refers to his relative degree of spiritual maturity (1 Timothy 3:6; 5:1). “Bishop” (overseer) is associated with the role he has over a local church. Rather than being appointed by a hierarchy outside the church, each of our churches selects its own pastors (overseers).

  Biblical Responsibilities. Both the Apostles Peter and Paul provide us with information concerning the responsibilities of the Pastor-teacher, Bishop, Elder. Peter’s instructions can be found in 1 Peter 5:1-5. Paul, while imprisoned and facing imminent death, reminded Timothy of his duties as the pastor (overseer) of the church in Ephesus. He told him to –

  Be Aware. Even though other people may be unaware of what we do, God is watching and listening to everything we do and say (2 Timothy 4:1). He even knows all about our motives (Revelation 3:8; 1 Corinthians 4:5). If our works measure up to God’s standards, we will be rewarded. Otherwise our works will be burned up (1 Corinthians 3:11-15). Our ultimate accountability is to the Chief Shepherd, the Lord Jesus Christ (1 Peter 5:4).

  Be Faithful. “…it is required in stewards that one be found faithful” (1 Corinthians 4:2). Those who dispense God’s truth to others must have full confidence in God’s ability to keep His promises to His children (Ephesians 3:20). Some of them are conditional and others are unconditional. There are promises in the Bible that Christians can’t claim. They were addressed to the Jews alone. Don’t be deceived by those who teach the diabolical heresy called “Replacement Theology.” Many churches are embracing this error. Do you know if your Pastor believes in it or not? Ask him. It is very anti-Semitic and it is going to lead to another greater Holocaust in the future (Zechariah 12, 14; Revelation 16:13-16).

  Be Authoritative. “Preach the Word [of God with authority]” (2 Timothy 4:2). We don’t need to apologize for it. “God said it. We believe it. That settles it.” All 66 books of the Bible are God breathed and profitable for doctrine, reproof, correction, and instruction in righteousness. Its purpose is to make the [men and women] of God complete and thoroughly equipped for every good work (2 Timothy 3:16, 17). Are the sermons you hear about pop psychology, self love, ego-boosters, and man made religions?

  Be Distinctive. Know the differences between the Old and New Testaments, between the Mosaic Law (Exodus 19:9-Matthew 12:50), Grace teachings for Christians (John 13-Revelation 4), and Kingdom rules for the people who will live during the millennial reign of Christ on earth (Matthew 5-7; Revelation 20:1-7). Those teachers who don’t rightly divide the Word of truth will cause people to be confused and frustrated. They like to allegorize the Bible.

  Be Ready. “But [set aside] the Lord God in your hearts, and always be ready to give a defense to anyone who asks you a reason for the hope that is in you, with meekness and fear” (1 Peter 3:15). As the need arises, the Pastor-teacher also needs to convince, rebuke, and exhort others with all long suffering and teaching (2 Timothy 4:2; 3:16). In the last days many churches will be filled with “professing Christians” who aren’t really saved, and with “carnal Christians” who are saved but who don’t act like Christians (1 Corinthians 3:1-4). These people won’t endure or put up with sound doctrine but will follow “false teachers” who tickle their ears and tell them what they want to hear (2 Timothy 4:3, 4; Isaiah 30:10).

  Be Watchful. Savage wolves, masquerading either as sheep or as angels of light, have been causing havoc in churches since its inception (Matthew 7:15; Acts 20:28-31; 2 Corinthians 11:13-15). The Apostle Paul wasn’t afraid to identify them to Christians.

  Being a faithful Pastor-teacher (bishop) has many responsibilities. There are joys and sorrows associated with the work. If you are a true Christian and have a Pastor who believes in the verbal, plenary inspiration of the Bible, that Jesus Christ is God manifested in human flesh, and is the virgin born son of Mary, who lived a sinless life, and who died for our sins and rose again bodily from the grave, that salvation is by grace alone, through faith alone, in Christ alone, and who is teaching you to live according to “Grace teachings,” then pray for/and encourage him in the work he is doing. If not, God wants you to look for a different Pastor and church (2 Corinthians 6:14; Revelation 18:4).

  Help? If you need additional help or have questions, contact us at 805-238-3549 or visit our web site at www.kelseypeach.com. We try to post new web logs (blogs) each week for the salvation of the lost and the edification of believers.

SOFTWARE..PERCUMA..PERCUMA..!!

SILA MUAT TURUN SOFTWARE INI
PERCUMA..!!


"EASYSLIDE"

PAPARAN ANIMASI TEKS LAGU-LAGU
UNTUK PUJIAN & PENYEMBAHAN DALAM GEREJA.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...